Peribahasa dan Pepatah Sunda Beserta Artinya di Tengah Wabah Covid-19




Wabah virus corona atau Covid-19 tiba-tiba mengubah aspek kehidupan di dunia. Warga dunia pun merasakan imbas di segala sektor, dari sektor ekonomi, kesehatan, wisata, hingga sosial. Wabah yang datang tiba-tiba ini merontokkan sendi-sendi kehidupan masyarakat yang harus bertahan di tengah kepanikan dan roda kehidupan yang harus terus berjalan.

Nah, terkait wabah Covid-19 ini, berikut ini peribahasa dan pepatah Sunda yang sesuai dengan situasi di tengah menjalarnya virus ini ke berbagai dunia, termasuk Indonesia.

1. Waspada permana tinggal
Artinya masyarakat harus waspada akan potensi merebaknya wabah Covid-19. Dalam hal ini, harus bisa menjaga diri dengan tinggal di rumah dan tidak interaksi dengan berkumpul massal. Jaga jarak dan jaga kesehatan jadi upaya utama dalam menghalau menyebarnya virus berbahaya ini.

2. Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak
Masyarakat harus bersama-sama mencegah dan menanggulangi menyebarnya Covid-19. Kebersamaan dan kekompakan diperlukan dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa menambah menyebarnya pandemi virus ini. Hal ini dilakukan dengan social distancing, tidak mengadakan kegiatan berkerumun, saling mengingatkan, hingga menaati arahan dari pemerintah dan para ahli kesehatan.

3. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan talas yang bikin gatal)
Maknanya, jangan membuka celah tersebarnya Covid-19, dengan tidak melakukan aktivitas di tempat publik. Bila satu orang sudah kena dan ia tidak bisa mengendalikan pergerakannya, akan menularkan pada orang lain. Pepatah ini juga berlaku bagi masyarakat untuk tidak menyebarkan berita-berita tidak valid atau palsu (hoaks) yang akan menimbulkan kegaduhan dan kekhawatiran di pada orang lain.

4. Hujan gé aya raatna (Hujan pun ada redanya)
Artinya, masalah pandemi virus Corona ini suatu waktu akan berhenti dan kehidupan akan kembali berjalan normal. Namun, semua harus berupaya bersama dengan tidak membiarkan wabah virus corona semakin merajalela.

5. Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balaréa
Dalam menghadapai wabah Covid-19 ini 'harus berpedoman pada hukum, menjunjung negara, mufakat bersama.

6. Tina peurih jadi peurah
Dengan kerja keras melawan virus corona, akan mendapatkan hasil yang terbaik. Dari Covid-19, masyarakat juga negara belajar pengalaman, strategi, dan hal-hal lainnya jangan sampai negara jadi hancur juga kejadian seperti ini tak terulang kembali di kemudian hari.

7. Mun teu ngoprék moal nyapék, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih
Covid-19 secara umum meluluhlantahkan sendi-sendi kehidupan, terutama urusan ekonomi masyarakat. Banyak pihak yang terpukul atas wabah ini, dari tukang ojek online, pelaku usaha pariwisata, karyawan, hingga pelaku wirausaha. Namun bagaimana pun, dapur harus ngebul. Diperlukan usaha lebih atau usaha lainnya untuk bisa mendapatkan pemasukan.

8. Halodo sataun, lantis ku hujan sapoé (Kemarau setahun, hilang oleh hujan sehari)
Artinya, apa yang telah dilakukan lama dan penuh kerja keras, hancur oleh datangnya wabah Covid-19. Seperti yang terjadi pada negara, peningkatan sektor ekonomi yang dilakukan bertahun-tahun harus porak poranda oleh pandemi ini.

9. Caina hérang, laukna beunang (airnya [tetap] bening, ikannya dapat)
Penangannya wabah Covid-19 ini menuntut kita dan pemerintah harus benar-benar perhitungan. Artinya, diupayakan wabahnya bisa hilang dan aspek kehidupan pun bisa kembali berjalan normal tanpa adanya masalah yang menyertainya.

------
Kumpulan artikel Belajar Bahasa Sunda lainnya LIHAT DI SINI

----------

Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS