Gedung-Gedung Bersejarah di Kompleks Kantor Bupati Sumedang



Alun-alun Sumedang sama seperti kota lainnya di Jabar, menyimpan perjalanan sejarah. Walaupun kini di Alun-alun Sumedang biasa jadi tempat akivitas penduduk untuk nongkrong, jogging, naik kuda, hingga belanja, namun kesan masa lalu masih menjadi ciri kawasan ini. Salah satu yang menjadi peninggalan sejarah adalah bangunan berwarna putih yang tepat berada di seberang lapangan alun-alun dan Masjid Agung Sumedang. Itulah Gedung Bengkok atau Gedung Negara.

Bangunan megah yang kini jadi kantor bupati tersebut didirikan pada tahun 1850. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Soegih) dari tahun 1836 - 1882.

Dalam kunjungan ke Sumedang, tim wisatajabar.com, menjelajahi area bangunan dengan halaman luas yang langsung berbatasan dengan jalan raya ini. Di halaman yang juga jadi area parkir ada taman-taman. Sementara di bagian barat didirikan Panggung Gamelan untuk menyimpan gamelan-gamelan kuno. Di bagian belakang sebelah barat, sekarang SMP Negeri 2 Sumedang memajang istal kuda dan tempat menyimpan kereta-kereta, diantaranya Kereta Naga Paksi.

Di area depan juga ada musala yang ada di sebelah kiri. Yang unik, di bagian belakang gedung terdapat kolam besar yang di tengahnya ada gazebo (saung). Gazebo tersebut difungsikan sebagai musala. Beberapa tanaman teratai (lotus) terlihat menghiasi kolam.

Bicara Gedung Negara Sumedang tak terpisahkan dengan Museum Prabu Geusan Ulun. Area bangunan ini terletak di Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 B, Srimanganti, Sumedang. Museum Prabu Geusan Ulun berada di kiri gedung tempat dinas bupati. Museum Prabu Geusan Ulun dikelilingi tembok yang tingginya 2,5 meter, dibuat pada tanggal 16 Agustus 1797. Luas halaman Museum seluas 1,88 ha, dengan dihiasi taman-taman dan ditanami pohon-pohon langka.

Museum tersebut diberi nama Museum Yayasan Pangeran Sumedang, dan dikelola langsung oleh Yayasan Pangeran Sumedang. Pada tahun 1974, di Sumedang diadakan Seminar Sejarah oleh ahli-ahli sejarah se-Jawa Barat dan diikuti ahli sejarah dari Yayasan Pangeran Sumedang, dalam seminar tersebut dibahas nama museum Sumedang.

Diusulkan nama museum adalah seorang tokoh dalam Sejarah Sumedang, ternyata yang disepakati nama Raja Sumedang Larang terakhir yang memerintah Kerajaan Sumedang Larang dari tahun 1578 - 1601, yaitu Prabu Geusan Oeloen. Gedung yang dipergunakan untuk museum yaitu Gedung Srimanganti, Bumi Kaler, Gedung Gendeng, dan Gedung Gamelan.

Gedung yang berada di sekitarnya terdiri dari:

1. Gedung Srimanganti
Gedung bergaya kolonial ini didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja. Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya.Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai tempat tinggal bupati dan keluarganya, diantaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang.

Pada tahun 1942 Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkan Bupati serta keluarganya tinggal di Gedung Bengkok atau Gedung Negara.

2. Gedung Bumi Kaler
Gedung ini dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih yang memerintah Sumedang tahun 1836 – 1882.

3. Gedung Gendeng
Gedung ini didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung Gendeng waktu itu digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka lelehur dan senjata lainnya.

Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan tahun 1993.

4. Gedung Gamelan
Gedung ini didirikan pada tahun 1973, oleh Pemda Sumedang atas sumbangan dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin, fungsi Gedung ini sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan-Gamelan Pusaka. Gedung Gamelan mengalami renovasi pada tahun 1993, selain sebagai tempat menyimpan Gamelan, gedung Gamelan juga dipakai sebagai tempat latihan tari klasik setiap hari Minggu.

Setiap satu tahun satu kali pada bulan Maulud semua Gamelan Pusaka dicuci dan tidak dibunyikan latihan taripun diliburkan. Gedung Gamelan merupakan Gedung Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pertama.

5. Gedung Pusaka
Adalah gedung museum yang kelima dari enam gedung yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun sebagai gedung baru. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang.

6. Gedung Kereta
Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1990. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replika dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.

----------

Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS