Khitan atau sunat lazim dilakukan saat anak laki-laki dari usia 6 sampai 10 tahun atau masih usia SD. Khitan ini sangat bermanfaat untuk kesehatan alat reproduksi pria. Untuk umat Islam, sunat/khitan menunjukkan pembeda dengan umat lainnya. Hukum khitan ini wajib dilakukan untuk laki-laki. Rasulullah saw. mewajibkan setiap laki-laki untuk berkhitan melalui sabdanya, ”Hilangkanlah rambut kekafiran yang ada padamu dan berkhitanlah" (H.R. Abu Daud).
Dalam masyarakat modern, khitan/sunat biasanya dilakukan oleh tenaga ahli medis profesional (dokter) dengan berbagai teknik, seperti teknik iris gunting (pembedahan biasa), teknik klem, dan teknik laser. Berbagai teknik khitan ini merupakan proses membersihkan diri dengan cara memotong (kulup) sebagian kecil kulit depan kelamin laki-laki. Adapun dalam tradisi khitan Sunda, sebagian urang Sunda ada yang masih menggunakan jasa bengkong. Berikut ini fakta yang terkait dengan profesi bengkong.
1.
Komunitas urang
Sunda di pinggir Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, bahkan di Jakarta
sendiri, sebagian masyarakat tradisional masih ada yang menggunakan jasa
penyunat tradisional (paraji sepit
atau lebih populer disebut bengkong
alias mantri sunat).
2.
Dalam tradisi urang
Sunda yang memiliki biaya, sebelum pelaksanaan sunat, biasanya anggota keluarga
besar akan mengadakan barempugan
(diskusi) dari palintangan (ngitung waktu rahayu nu ninggang padaringan
kebek atawa sangga waringin/menentukan waktu yang terbaik), menghitung
biaya, dan menentukan kesenian/hiburan.
Foto: Paramayuda/Antara
Anak sunat diarak keliling kampung |
1.
Anak laki-laki
yang akan disunat akan ’diriakan’ atau diarak keliling kampung. Kariaan ini biasanya diramaikan oleh
kesenian tradisional, seperti tanjidoran
di Bekasi, sisingaan di Subang, kuda renggong di Sumedang dan Majalengka,
serta reak/dogdog di daerah Bandung timur, seperti Ujungberung, Cibiru,
Cileunyi, dan Tanjungsari Sumedang. Pada malam harinya, tetangga diundang untuk
tasyakuran khitan.
2.
Sebelum di-sepitan, pengantin sunat akan dimandikan dengan cara direndam
di kolam sampai menggigil, lalu dibawa
ke halaman rumah untuk disunat oleh bengkong.
Anggota keluarga dan tetangga menyaksikan prosesi khitan; ada yang memegang
ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan, dan tetabuhan sambil
mendendangkan marhaba (bacaan barjanji).
3.
Ketika anak disunat, ayam jantan disembelih sebagai untuk
dijadikan bakak (ayah bakar atau ayam
panggang), petasan disulut, dan tetabuhan dibunyikan. Selesai disunat, si anak
dibawa ke dalam rumah untuk diobati oleh bengkong.
Untuk melupakan rasa sakit, para undangan menghibur pengantin sunat dengan
memberikan cecep (uang) atau mainan
kesukaan anak.
Untuk melancarkan pekerjaan, bengkong melengkapi peralatan berikut.
Foto: Rudy
Alat sunat
tradisional |
1.
Babango atau alat untuk memotong kulit penis; bahan babango ini dari bambu atau tanduk.
2.
Capit atau alat untuk menjepit kulit penis saat disunat;
bahan capit ini dari bambu atau
tanduk.
3.
Péso atau alat untuk memotong kulit penis.
4.
Simpay atau alat untuk mengikat capit pada penis
5.
Pagaridan atau tempat menyimpan alat sunat.
Nah, itulah warisan budaya leluhur Sunda. Walaupun tradisi ini, sudah tergantikan dengan teknik khitan modern oleh dokter, sebagian urang Sunda di beberapa daerah masih menggunakan jasa mantri sunat atau bengkong.
----------
Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS