Kirab Panji Helaran Keraton Sumedang Larang diadakan pada hari Minggu, 16 April 2017. Kegiatan ini merupakan rangkaian memperingati Hari Jadi Sumedang yang ke-439 tahun 2017. Rute Kirab Panji Helaran Keraton Sumedang Larang yakni dari Darmaraja - Cisitu - Situraja - Ganes - Tegalkalong - Museum Prabu Geusan Ulun.
Acara kirab ini dihadiri Ully Sigar Rusady, Paramitha Rusady, Bupati Sumedang Eka Setiawan beserta Hanne Buddhi Eka Setiawan, Anggota DPR RI Popong Otje Djundjunan, dan sejumlah kerabat Keraton Sumedang Larang, serta ratusan peserta dari Sumedang Larang yakni dari Rukun Warga Sumedang (RWS) serta masyarakat adat. Prosesi serah terima Panji Keraton Sumedang Larang secara estafet dilakukan di setiap kantor kecamatan yang dilalui.
Setiba di Kecamatan Sumedang Utara dilakukan serah terima panji dan penyerahan sekaligus pemasangan replika Mahkota Binokasih. Mahkota yang jadi ikon Kerajaan Sumedang Larang dan Sunda ttersebut dikenakan oleh Luky Djoehari Soemawilaga (Ketua Nonoman Keraton Sumedang Larang) yang memerankan sosok Prabu Geusan Ulun. Sementara sosok putri diperankan artis nasional yang juga pengurus RWS, Paramitha Rusady yang didampingi kakaknya, Ully Sigar Rusady. Keduanya menaiki kereta andong dengan desain zaman kerajaan baheula.
Rombongan arak-arakan tiba di Gedung Srimanganti sekira pukul 16.00 hingga langsung disambut meriah oleh masyarakat. Di tempat ini, dilakukan prosesi penyerahan panji dari Camat Sumedang Utara Dikdik Syeh Rizky kepada Camat Sumedang Selatan M. Wasman. Kemudian, dibacakan ikrar rekontruksi Kerajaan Sumedang Larang oleh M. Agung Anugrah. Setelah rombongan masuk ke Gedung Srimanganti digelar sejumlah tarian.
Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang bercorak Hindu, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Adji Putih pada Abad XII.
Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.
Pada tanggal 22 April 1578, Prabu Geusan Ulun dinobatkan menjadi Prabu Sumedang Larang penerus Kerajaan Pajajaran. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Sumedang. Sementara menurut sumber turun-temurun, mahkota ini dibuat atas prakarsa Sanghyang Bunisora Suradipati, raja Galuh (1357-1371). Mahkota ini digunakan oleh raja-raja Sunda selanjutnya dalam upacara pelantikan raja baru dan menjadi benda pusaka.
Mahkota Binokasih dan siger emas menjadi daya tarik pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. Mahkota yang mempunyai nama lengkap Makuta Binokasih Sanghyang Pake ini merupakan salah satu simbol dan peninggalan Kerajaan Pajajaran (Sunda). Hingga kini, mahkota tersebut masuk dalam Pusaka Leluhur Sumedang dan menjadi peninggalan Prabu Geusan Ulun 1578 - 1601.
Mahkota tersebut terbuat dari emas dengan hiasan batu permata menjadikan mahkota ini sangat spesial. Tidak heran jika pengunjung yang datang ke Museum Prabu Geusan Ulun lebih tertarik melihat koleksi mahakarya ini. Selain mahkota Binokasi, terdapat pula siger, ikat pinggang, serta aksesoris raha lainnya yang merupakan peninggalan asli Raja Pajajaran terakhir.
----------
Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS